Foto : DW
Purwakarta - Pepatah "kacang lupa kulit" seolah menjadi cerminan kisah seorang anggota DPRD Kabupaten Purwakarta berinisial DW, yang kini menjadi sorotan karena dugaan memutuskan hubungan dengan orang tua yang telah membesarkan dan mendukung karier politiknya.
Kisah ini mencuat ke publik melalui curahan hati sang ibu tiri, Neneng Kurnia (Mamih Cucuy), yang membagikan pengalamannya dalam sebuah siaran langsung di media sosial.
Mamih Cucuy, yang merasa terluka, membeberkan bahwa perjalanan DW hingga menduduki kursi legislatif tidak lepas dari perjuangan, pengorbanan, dan dukungan besar darinya serta sang ayah.
"Denisa Wulandari itu dibesarkan oleh Mami sejak usia 7 tahun. Sekolahnya dari SMP, SMA, hingga kuliah di Universitas Widyatama, Bandung, semuanya ditanggung oleh Mami dan Babah," ujar Mamih Cucuy dengan nada emosional.
Awal Perjalanan Politik DW
Menurut Mamih Cucuy, perjalanan politik DW dimulai pada masa pencalegan tahun 2024. Kala itu, Mamih Cucuy sebenarnya berencana maju sebagai calon anggota legislatif di Dapil Purwakarta 4. Namun, karena satu dan lain hal, ia membatalkan pencalonannya dan memberikan kesempatan kepada DW.
"Mamih mundur dari pencalonan karena ada kendala persyaratan. Waktu itu, Mami ikhlas menyerahkan kesempatan itu kepada Denisa," katanya.
Namun, perjuangan DW tidak berdiri sendiri. Hajah Cucuy atau Neneng Kurnia mengaku bahwa modal politik, jaringan, hingga strategi kampanye sepenuhnya dibiayai dan dikelola oleh dirinya.
"Ini bukan pencalonan RT atau RW. Untuk jadi dewan, butuh modal besar, dan semuanya itu Mami yang sediakan," tegasnya.
Hubungan yang Memburuk
Sayangnya, hubungan keluarga yang sebelumnya penuh dukungan berubah drastis setelah DW resmi menjabat sebagai anggota DPRD.
Mamih Cucuy menyebutkan bahwa setelah sukses menduduki kursi legislatif, DW seolah melupakan perjuangan orang tua yang telah membantunya.
"Setelah jadi dewan, dia berubah. Kacang lupa kulit. Bahkan, dia memutuskan hubungan dengan Mami dan Babah," ungkap Mamih Cucuy dengan rasa kecewa.
Perselisihan kecil yang seharusnya dapat diselesaikan secara kekeluargaan justru membesar, menurut Mamih Cucuy, akibat adanya pihak-pihak ketiga yang diduga memengaruhi pikiran DW.
"Ada tiga orang, termasuk dua pamannya, yang mendoktrin Denisa sehingga dia tidak mau lagi berhubungan baik dengan kami," ujarnya.
Selain itu, Mamih Cucuy merasa difitnah oleh DW, yang menyebut dirinya sebagai ibu tiri yang kejam.
"Denisa bilang Mami ini ibu tiri yang jahat, tapi kenyataannya Mami yang mendidik dia dari kecil. Kalau ada salah, Mami sudah minta maaf, tapi sampai sekarang dia tetap tidak mau baikan," tambahnya.
Kritik terhadap Kinerja DW
Tak hanya soal hubungan keluarga, Mamih Cucuy juga melontarkan kritik terhadap kinerja DW sebagai wakil rakyat. Menurutnya, DW tidak menunjukkan kepedulian kepada masyarakat yang telah memilihnya.
"Masyarakat banyak yang komplain. Tim sukses yang dulu mendukung juga merasa kecewa karena dia jarang turun langsung ke lapangan," ujarnya.
Mamih Cucuy juga menyinggung gaya hidup DW yang dianggap lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada melayani konstituennya.
"Sekarang kerja sambil holiday ke luar kota. Sementara pelayanan ke masyarakatnya nol besar," kata Mamih Cucuy.
Hajah Cucuy juga mengungkapkan, setelah terpilih DW juga seperti melupakan aspirasi masyarakat dan tidak mengurus timses.
"Masyarakat dan timses jika ada keperluan ke Denisa, malah datangnya ke mamih dan babah, karena jika dihubungi oleh warga, dia banyak alasan dan selalu sibuk. Dan banyak hal lain yang banyak mengecewakan warga seolah lupa pada purwadaksi. Semua hal ini mamih ungkapkan karena ini juga disuruh oleh babah. Babah merasa sangat kecewa," kata Mamih Cucuy.
Harapan Seorang Ibu
Meski kecewa, Neneng Kurnia tetap berharap hubungan keluarganya dengan DW dapat pulih.
"Mami cuma ingin Denisa sadar dan minta maaf. Tidak perlu dibesar-besarkan. Kalau dia mau berubah, Mami dan Babah siap memaafkan," ucapnya lirih.
Ia juga mengingatkan pentingnya adab dan tata krama, terutama bagi seorang wakil rakyat.
"Seorang dewan seharusnya punya tata krama, apalagi ke orang tua. Kalau ke Mami dan Babah saja sudah tidak ada adab, bagaimana dia bisa mewakili rakyat?" katanya.
Dukungan dari Warga dan Netizen
Kisah ini memicu berbagai tanggapan dari masyarakat dan netizen. Banyak yang bersimpati kepada Mamih Cucuy, sementara yang lain meminta agar masalah keluarga ini diselesaikan secara internal tanpa perlu diumbar ke publik.
"Semoga DW bisa introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan orang tuanya," tulis salah satu netizen dalam kolom komentar siaran langsung Mamih Cucuy.
Kisah ini menjadi pelajaran penting bahwa di balik kesuksesan seseorang, ada peran besar orang tua yang tidak boleh dilupakan. Mamih Cucuy berharap kejadian ini dapat menyadarkan DW dan membuatnya kembali menghormati orang tua yang telah berjuang demi masa depannya.
Hingga naskah ini dibuat, awak media belum mendapatkan keterangan resmi dari para pihak terkait dalam hal ini Anggota DPRD Kabupaten Purwakarta DW. (***)
FOLLOW THE INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram